Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam atas Rasulullah.
Diantara konsekuensi syahadat (persaksian) bahwa Muhammad adalah utusan Allah adalah beriman dengan syariat yang beliau bawa dan mencintai beliau. Seorang muslim wajib mencintai Rasulullah melebihi kecintaan atas segala sesuatu setelah kecintaan kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ.
“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu: (1) Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. (2) Apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah. (3) Ia tidak suka untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang lainnya, diriwayatkan bahwa Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam ,
لأَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ : لاَ وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ . فَقَالَ : لَهُ عُمَرُ : فَإِنَّكَ اْلآنَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ . فَقَالَ : اْلآنَ يَا عُمَرُ
“Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’. Maka Umar berkata kepada beliau, ‘Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.’ Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Sekarang (telah sempurna kecintaanmu padaku) wahai Umar.” (HR. Bukhari 6257)
Mencintai Rasulullah adalah sebuah kewajiban dan merupakan salah satu diantara hak beliau. Mencintai Rasulullah berkonsekuensi untuk ittiba’ (mengikuti) beliau dan mengedepankan sabda beliau dari seluruh perkataan yang lainnya. Adapun orang yang mengaku mencintai Rasulullah tetapi tidak mengikuti atau membuat bid’ah (sesuatu yang tidak disyariatkan dalam agama) maka dipertanyakan kecintaannya. Seperti orang yang mengada-ada melakukan perayaan maulid dengan alasan mencintai Rasul. Padahal perayaan maulid tidak disyariatkan oleh Rasulullah dan juga tidak dilakukan oleh para sahabat dan para salafush shalih. Rasulullah bersabda,
فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهدين عضوا عليها بالنواجذ , وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة
Berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru (dalam agama) karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, hadits hasan shahih)
Beliau juga bersabda,
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ittiba’ (mengikuti) Rasulullah adalah bukti kecintaan pada beliau. Seorang yang mencintai tentu akan selalu berusaha mengikuti dan mentaati orang yang dicintainya. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah sya’ir,
لو كان حبك صادقا لأطعته — إن المُحِبّ لمن يحب مطيع
“Andaikata cintamu jujur maka engkau akan mentaatinya *** Sesungguhnya seorang yang mencintai kepada yang dicintainya (sangat) mentaati.”
Wajib bagi kita untuk mentaati perintah Rasulullah dan menjauhi larangannya. Diantara umat beliau yang paling mencintai beliau adalah para sahabat. Oleh karena itu mereka berjuang bersama beliau dan melanjutkan perjuangan beliau setelah beliau wafat. Mereka mengorbankan harta dan jiwa mereka untuk menolong Rasulullah dan dakwahnya.
فَالَّذِينَ آمَنُواْ بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُواْ النُّورَ الَّذِيَ أُنزِلَ مَعَهُ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al A’raf: 157)
Orang yang mengaku mencintai Rasul tetapi tidak mengikuti cahaya yang beliau bawa maka sesungguhnya dia telah berdusta dalam pengakuan cintanya. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang benar-benar mencintai dan mengikuti Rasul-Nya
Disarikan dari video Syaikh Dr Saleh Fauzan hafidzahullah: https://www.youtube.com/watch?v=rcluyET9uNg . Abu Zakariya Sutrisno, Riyadh 30/4/1437H.
—
| Web:Ukhuwahislamiah.com | FB:Ukhuwah Islamiah | Twitter:@ukhuwah_islamia |