Hal-hal yang Membantu dalam Menuntut Ilmu

0
1882

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah

 

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya dan para pengikutnya.

Melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang adab menuntut ilmu , pada kesempatan ini kami ringkaskan beberapa hal yang dapat membantu dalam menuntut ilmu. Pembahasan ini kami ringkas dari Kitabul Ilmi karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah. Semoga bermanfaat.

 

Hal-hal yang Membantu dalam Menuntut Ilmu:

Pertama: Taqwa

Allah berfirman,

يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada ALlah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan (QS Al Anfaal: 29) 

Keataqwaan akan menambah petunjuk dan ilmu pada seseorang, yang dengannya ia bisa membedakan yang haq dengan yang batil, yang benar dengan yang salah, yang bermanfaat dengan yang bermudharat. Berkata imam Syafi’I

Saya mengadu kepada Waqi’ (gurunya) tentang buruknya hafalanku.  Ia pun menasehati saya untuk meninggalkan maksiat. Ia berkata, ketahuilah sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan pada ahli maksiat

 

Kedua: Teguh dan kontinyu dalam menuntut ilmu

Diantara hal yang membantu untuk mendapatkan ilmu adalah kesungguhan dalam mempelajarinya, sabar atas kesulitan yang dihadapi serta berusaha selalu menjaga ilmu yang telah didapatkan. Sesunguhnya ilmu tidak akan didapatkan dengan badan yang bersantai-santai. Hendaknya penuntut ilmu senantiasa semangat dan menempuh jalan-jalan yang dapat mengatarkan pada ilmu. Rasulullah bersabda, Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga [1].

 

Ketiga: Menghafal dan menjaga ilmunya

Setiap penuntut ilmu hendaknya menjaga ilmu yang telah didapatkan baik dengan dengan hafalan maupun dengan tulisan. Hendaknya senantiasa semangat untuk memuraja’ah ilmunya, karena namanya manusia tabiatnya adalah pelupa. Diantara hal yang dapat membantu menjaga ilmu adalah dengan mengamalkan dan mendakwahkan ilmunya. Allah berfirman,

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْواهُمْ

Dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya. (QS Muhammad: 17)

 

Keempat: Mulazamah pada ulama’

Diantara hal yang membantu untuk mendapatkan ilmu adalah dengan mulazamah/bermajelis dengan ulama’ atau ahli ilmu. Faedah belajar pada ahli ilmu diantaranya semakin cepat dan mudah dalam memahami ilmu, serta terhindar dari kesalahan dalam memahami.

 

Jalan untuk sampai pada ilmu

Segala sesuatu memiliki jalan untuk sampai padanya, begitu pula dengan ilmu. Hendaknya ia membangun ilmu yang ia tuntut diatas sesuatu yang pokok (ushul), karena barangsiapa melalaikan yang pokok maka ia tidak akan sampai pada yang dituju. Dan pokok dari ilmu adalah dalil-dalil dari Al Kitab dan As Sunnah serta kaidah dan dhawabit [2] yang diambil dari keduanya (Al Kitab dan As Sunnah). Sedangkan yang furu’ (cabang) adalah permasalahan-permasalahan (masa’il). Jangan sampai seorang pemula dalam menuntut ilmu sibuk dengan permasalahan-permasalah yang rumit [3], tetapi ia lalai dari yang pokok dan lebih penting.

 

Ada dua cara untuk mendapatkan ilmu: pertama dengan membaca langsung dari kitab, kedua belajar pada seorang ahli ilmu yang tsiqah dalam ilmu dan agamanya. Cara kedua tentu lebih mudah, lebih cepat serta lebih aman dari kesalaham memahami ilmu. Adapun cara pertama yaitu membaca langsung dari kita, bisa jadi ia adalah orang yang tidak memiliki ilmu yang mumpuni sehingga salah dalam memahami, ini sangat berbahaya, atau setidaknya memerlukan waktu yang lama untuk memahaminya secara utuh dan benar.

Semoga bermanfaat, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulallah serta keluarga dan sahabatnya.

 

Selesai ditulis di Riyadh, 27 Jumadil Awal 1433 H (19April 2012).

Abu Zakariya Sutrisno

Artikel: www.ukhuwahislamiah.com

Notes:

[1].  HR Muslim

[2].  Kaidah bersifat umum, sedang dhawabith bersifat khusus dalam suatu masalah tertentu

[3].  Seperti permasalah khilafiyah diantara para ulama’. Tidak seyogyanya seorang pemula  dalam menuntut ilmu sibuk dengan masalah tersebut, padahal ia tidak memiliki ilmu atasnya. Cukup bagi dirinya mengambil pendapat yang menurutnya lebih kuat, lalu mensibukkan diri mempelajari yang hal-hal pokok dan lebih penting untuk ia pelajari terlebih dahulu.

العلم حرب للفتى المتعالي                            كالسيل حرب للمكان العلي

Ilmu berpaling dari seorang pemuda yang merasa tinggi, sebagaimana berpalingnya suatu aliran dari tempat-tempat yang tinggi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here