Agama Islam penuh dengan toleransi. Islam mengajarkan untuk berbuat baik dan bersikap adil kepada seluruh orang, termasuk nonmuslim. Tetapi toleransi ini tidak boleh ditafsirkan dengan membenarkan aqidah atau keyakinan non-muslim. Seperti keyakinan Tuhan “memiliki anak” , Tuhan “lahir ke dunia”, dan sebagainya. Ini adalah keyakinan yang rusak. Bahkan hampir-hampir langit pecah dan gunung-gunung runtuh karena ucapan seperti itu. Allah ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92)
“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (QS. Maryam: 88-92)
Hati-hati dalam masalah ini. Jangan sampai hanya karena ingin dianggap orang yang ‘toleran’ atau orang yang ‘moderat’ kita menggampangkan masalah aqidah.
—
| Web:Ukhuwahislamiah.com | FB:Ukhuwah Islamiah | Twitter:@ukhuwah_islamia |