Iqra’ (bacalah!), itulah perintah Allah yang disebutkan dalam awal surat al Alaq, surat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Meskipun perintah ini ditujukan pada Nabi Muhammad tetapi meliputi juga perintah untuk umat beliau. Allah berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.“ (QS Al Alaq: 1-2)
Makna Iqra’
Kata iqra’ berasal dari kata qara’a yang bisa bermakna membaca, menelaah, mempelajari, membacakan atau menyampaikan. Jadi perintah iqra’ di atas cangkupannya sangat luas, tidak sekedar perintah membaca tetapi juga perintah untuk merenungi, menganalisa dan seterusnya. Kita ketahui bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), tetapi diperintah untuk “membaca”. Hal ini menunjukkan bahwa “membaca” tidak selalu berupa membaca tulisan, tetapi juga termasuk mendengarkan, mengamati, merenungkan dan lainnya.
Apa yang Harus Dibaca?
Jika kita mencermati ayat di atas, tidak disebutkan objek yang harus di-iqra (dibaca). Hal ini menunjukkan tidak ada batasan dari apa yang harus dibaca atau dipelajari. Bahan bacaan bisa meliputi ayat-ayat syar’iyah (Al Qur’an), ayat-ayat kauniyah (alam semesta), termasuk juga pelajaran dalam diri manusia sendiri. Manusia hendaknya mempelajari apa-apa yang bermanfaat baik dalam urusan dunia atau akhirat.
Dalam ayat di atas Allah mengikat perintah membaca dengan “(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” Hal ini mengingatkan agar manusia dalam membaca atau belajar supaya selalu bersandar dan minta pertolongan kepada al Khaliq (sang Pencipta). Mengingatkan pula bahwa tujuan dari membaca (apa pun objek yang dibaca) adalah mencari ridha sang Khaliq, yaitu Allah yang telah menciptakan manusia dan alam semesta. Manusia tidak diciptakan untuk hal yang sia-sia dan dibiarkan begitu saja. Tetapi manusia diperintah dan dilarang. Untuk mengetahui perintah dan larangan Allah maka manusia perlu membaca, perlu belajar.
Ilmu Adalah Kemuliaan dan Karunia dari Allah
Allah mengulang kembali perintah membaca ini dalam ayat berikutnya:
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ . الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena), Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Alaq: 3-5)
Di antara bentuk rahmat dan kasih sayang Allah pada manusia adalah mengajarinya ilmu dan memberinya kemampuan untuk belajar. Allah menurunkan petunjuk dan mengutus para Rasul untuk mengajari manusia. Allah juga memberi manusia nikmat pendengaran, penglihatan dan juga hati sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu.
Teruslah Belajar!
Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dengan terus membaca dan belajar manusia akan semakin berilmu. Hanya dengan ilmu manusia bisa membedakan baik dan buruk, benar dan salah, serta hanya dengan ilmu manusia mengetahui perintah dan larangan Allah. Ilmu akan membuat seseorang semakin arif dan bijaksana dalam segala sesuatu. Ilmu akan mengangkat derajat manusia. Bacalah! Adalah perintah ilahi yang sangat mulia dan sangat penting. Tidak mengherankan kenapa Allah memulai dengan perintah ini di awal-awal menurunkan Al Qur’an. Mari terus “membaca” dalam hidup ini!
Belajar atau menuntut ilmu adalah jalan menuju surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699)
Tentu kita semua mengharapkan untuk masuk surga, oleh karena itu mari kita tempuh jalannya yaitu dengan terus belajar. Hanya dengan ilmu seseorang bisa meraih kebaikan di dunia dan akhirat. Terutama ilmu tentang dien atau agama. Dalam sebuah hadits, Rasulullah mengabarkan bahwa ilmu atau pemahaman terhadap agama adalah tanda kebaikan pada diri seseorang. Beliau bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah fahamkan dia terhadap agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)
Mengamalkan dan Mendakwahkan Ilmu
Tujuan utama seseorang belajar tidak sekedar untuk mendapatkan ilmu tetapi harus disertai pengamalan dan usaha untuk mendakwahkan ilmu tersebut. Ilmu dan amal adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah, sebagaiaman dikatakan dalam sebuah perkataan hikmah:
علم بلا عمل كشجرة بلا ثمرة
“Ilmu tanpa amal itu ibarat pohon tanpa buah.”
Seseorang yang berilmu tetapi tidak diamalkan maka tidak ada gunanya, bahkan dia menjadi orang yang dimurkai oleh Allah seperti orang Yahudi. Sebaliknya, orang yang beramal tetapi tanpa disertai ilmu maka akan tersesat seperti orang Nashrani dan yang semisalnya. Seorang muslim sejati berusaha terus belajar dan kemudian mengamalkan serta mendakwahkannya ilmu yang dimiliki sesuai dengan kemampuan.
Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 23/11/2016.
—
Info detail dan dokumentasi kajian KUI: http://ukhuwahislamiah.com/kui/
Join channel Telegram: telegram.me/ukhuwahislamiahcom
IG: ukhuwahislamiahcom
FB: https://www.facebook.com/ukhuwahislamiahcom