Diantara sikap ahlussunnah wal jama’ah adalah mencintai dan mengagungkan para sahabat Rasulullah. Mereka adalah umat Rasulullah yang paling mulia, mereka telah berjuang bersama Rasulullah untuk menyebarkan Islam. Allah telah mentazkiyah dan meridhai mereka, sebagai firmanNya:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah: 100)
Diantara alasan atau sebab kita harus menghormati dan mencintai para sahabat adalah:
Pertama, mereka adalah sebaik-baik manusia. Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian yang setelahnya, kemudian setelahnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Kedua, mereka adalah perantara diantara Rasulullah dan umatnya. Dari mereka umat mentalaqi (mewarisi) syariat Islam.
Ketiga, pada zaman mereka Islam mencapai masa-masa keemasan dan melakukan penaklukan yang besar.
Keempat, mereka telah menyebarkan keutamaan-keutamaan yang banyak dalam umat ini baik dalam as shidq (kejujuran), nasehat, akhlaq, dan adab yang tidak ada pada selainnya. Mereka adalah teladan dalam kebaikan.
Masih banyak lagi keutamaan yang lainnya dari para sahabat. Untuk itu kita harus berusaha mencintai mereka semuanya, kita doakan kebaikan untuk mereka dan kita hindari berkata yang tidak layak atau bahkan mencela mereka. Rasulullah bersabda, “Jangan kalian mencela sahabatku, demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, seandainya salah seorang diantara kalian berinfaq dengan emas sebesar gunung Uhud maka tidak akan menyamai satu mud dan tidak pula setengahnya!” (HR Bukhari dan Muslim)
Disarikan dari kitab Syarah Aqidah Al Wasithiyah karya Syaikh Utsaimin rahimahullah.
Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 30/4/1437H.
—
| Web:Ukhuwahislamiah.com | FB:Ukhuwah Islamiah | Twitter:@ukhuwah_islamia |