Haji adalah ibadah yang agung dan termasuk salah satu rukun Islam. Allah wajibkan ibadah haji bagi setiap muslim yang mampu untuk mengerjakannya. Allah ta’ala berfirman,
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah .” (QS Al Imran: 97)
Adalah suatu nikmat yang sangat besar disaat Allah memudahkan kita untuk melaksanakan ibadah haji. Tidak semua orang diberi kemampuan dan kesempatan untuk melaksanakan ibadah yang agung ini. Orang yang berangkat haji pada hakikatnya sedang memenuhi panggilan TuhanNya. Jadi haji bukan sekedar melakukan perjalanan untuk wisata atau hal yang lainnya!! Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan orang yang berangkat haji:
Pertama, luruskan niat
Meluruskan niat sangat penting dalam segala hal, termasuk dalam mengerjakan ibadah haji. Seseorang mendapatkan pahala sesuai dengan yang dia niatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إنما الأعمال بالنيات , وإنما لكل امرئ ما نوى
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya”. (HR. Bukhari 1 dan Muslim 1907)
Kita niatkan menjalankan ibadah haji semata-mata mengharap ridha Allah. Bukan untuk berbangga-banggaan agar dipanggil “pak haji” atau “ibu hajjah”.
Kedua, bekali diri dengan ilmu
Selain ikhlas, syarat suatu ibadah agar diterima disisi Allah adalah dikerjakan sesuai dengan tuntunan syariat. Jadi, selain persiapan jasmani dan materi (harta) yang tidak kalah penting perlu disiapkan adalah bekal ilmu. Pelajari tatacara manasik yang benar sebagaimana telah dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ، فَإِنِّي لَا أَدْرِي لَعَلِّي لَا أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِي هَذِهِ
“Hendaknya kalian mengambil (dariku) manasik kalian, sesungguhnya saya tidak tahu bisa jadi saya tidak berhaji setelah hajiku ini.” (HR Muslim 1297)
Jangan sampai mengerjakan ibadah haji sekedar ikut-ikutan atau bahkan asal-asalan. Bisa jadi ibadah haji menjadi tidak sempurna atau bahkan tidak sah karena meninggalkan diantara kewajiban atau rukun haji!! Untuk itu pelajari baik-baik manasik haji yang benar sebelum berangkat haji. Selain itu, jika nanti menghadapi kebingunan dalam ibadah haji maka bertanyalah pada orang yang berilmu. Jangan hanya diam atau malu bertanya karena bisa jadi Anda terjatuh dalam kesalahan. (Baca tuntunan ringkas ibadah haji: http://ukhuwahislamiah.com/tuntunan-ringkas-ibadah-haji/ )
Ketiga, sungguh-sungguh dan sabar dalam haji
Ibadah haji adalah jihad, kerjakan dengan sungguh-sungguh. Bisa jadi hanya diberi kesempatan sekali dalam seumur hidup maka kerjakan sesempurna mungkin. Jangan sekedar mencari enak atau yang mudah-mudah saja. Kerjakan sebaik mungkin rukun haji, wajib haji dan termasuk juga sunnah-sunnah dalam haji. Allah Maha Melihat amalan yang kita lakukan. Allah berfirman dalam ayat yang berkaitan dengan ibadah haji:
وَمَا تَفْعَلُواْ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
“Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS Al Baqarah: 197)
Didalam setiap urutan manasik haji terkadung berbagai macam pelajaran berharga mulai dari tauhid, ibadah, muammalah dan lainnya. Anda tengah diuji bagaimana dapat menjalankan ibadah (baik sholat, dzikir atau yang lainnya) dalam kondisi yang serba terbatas. Anda tengah diuji bagaimana tetap dapat berbuat baik pada orang lain sedangkan mungkin diri Anda sendiri sedang dalam kesulitan dan kesibukan. Badan pun tak luput dari ujian, perlu menempuh perjalanan puluhan kilometer (jarak arafah-mudzalifah -mina- jamarat – masjidil haram sekitar 20 km), wukuf di arafah, melepar jumrah, thowaf, sa’I tentu sangat menguras tenaga. Panasnya terik matahari disiang hari dan hawa dingin yang menyelimuti malam semakin membuat badan tidak berdaya. Perlu kesungguhan dalam melaksanakan ibadah haji. Selain itu, karena banyaknya orang yang berhaji sangat mungkin terjadi berbagai macam kendala dan masalah seperti berdesak-desakan dan fasilitas yang kurang memadai dan lainnya. Hendaknya sabar dan lakukan sikap yang terbaik. Jangan banyak berdebat atau marah-marah dalam haji.
Keempat, hindari dosa dan perkara sia-sia
Ingatlah Anda sedang dalam ibadah yang sangat agung dan pada waktu dan tempat yang diagungkan. Jangan kotori ibadah haji dengan perbuatan dosa dan perkataan kotor. Allah berfirman,
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang telah dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. (QS Al Baqarah: 197)
Rasulullah juga bersabda:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Barangsiapa haji dan tidak berbuat rofats dan tidak berbuat kefasikan maka ia akan kembali sebagaimana hari dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan habiskan waktu haji hanya untuk ngobrol sana kemari atau sekedar bertemu teman dan kerabat. Termasuk juga foto-foto dan mengunjungi tempat-tempat yang tidak disyariatkan. Jika memang diperlukan hal ini bisa dilakukan setelah selesai manasik.
Kelima, perbanyak dzikir dan do’a
Selama haji hendaknya sibukkan diri dengan talbiyah, dzikir, membaca Al Qur’an, do’a dan hal-hal lainnya yang bermanfaat. Jangan lalai dari dzikir dan do’a karena sesungguhnya itulah inti dari manasik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبِالصَفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمِي الجَمَارَ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللهِ
“Hanyalah dijadikan thawaf di ka’bah dan sa’i antara shofa dan marwa dan melempar jumrah untuk menegakan dzikir kepada Allah.” (HR Ahmad)
Sekian diantara nasehat penting untuk jemaah haji. Semoga Allah memberi kemudahan dalam menjalankan ibadah haji dan menjadikannya sebagai haji yang mabrur.
ألْعُمْرَةُإلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌلِمَابَيْنَهُمَا, وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُلَيْسَ لَهُ جَزَاءٌإلاَّ الْجَنَّةُ
“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada pahala baginya selain Surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 4 Dzulhijjah 1438H.