Salah satu peperangan dalam Islam yang terjadi di bulan Syawal adalah perang Uhud yang terjadi di tahun ke-3 Hijriah. Setelah kekalahan yang telak di perang Badar tahun ke-2 Hijriah dan kafilah dagang mereka yang dicegat pasukan kaum muslimin maka kaum Quraisy bersiap melakukan peperangan total dengan Madinah.
Kekuatan Pasukan
Kaum kafir Quraisy menyiapkan kekuatan sekitar 3000 pasukan dan di dalamnya disertakan beberapa wanita. Mereka kemudian bergerak menuju Madinah dan berhenti di dekat Uhud. Pimpinan tertinggi di tangan Abu Sufyan Al Harbi dan dibantu oleh Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abi Jahal. Mereka membawa sekitar 3000 ekor onta, 200 ekor kuda, 700 baju besi dan perlengkapan lainnya.
Rasulullah menyiapkan pasukan kaum Muslimin di Madinah. Setelah bermusyawarah dengan para sahabat akhirnya Rasulullah sepakat untuk menghadapi pasukan musuh di luar Madinah. Kekuatan kaum muslimin saat itu sekitar 1000 pasukan, dengan 50 ekor kuda dan 100 baju besi.Pasukan dibagi tiga katibah (batalion): (1)katibah Muhajirin bendera perang dipegang Mush’ab bin Umair, (2) katibah Anshor dari suku Aus bendera dibawa Usaid bin Hudhair, (3) Katiah Anshor dari suku Khazraj bendera dibawa AlHabab bin Mundzir.
Jalannya Peperangan
Menjelang terjadi peperangan tiba-tiba Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang munafiq yang ada di barisan kaum muslimin memutuskan untuk balik ke Madinah. Jumlah mereka sekitar 300 orang. Sisa pasukan kaum muslimin, sekitar 700 orang sahabat, terus menuju ke daerah Uhud untuk menghadapi musuh. Perang pun mulai berkecamuk dengan diawali lawan tanding. Awal peperangan dengan jelas keunggulan ada di pihak kaum muslimin hingga pasukan kaum musyrikin mundur. Tetapi ketika sebagian pasukan pemanah yang ditugasi berjaga di atas bukit Rumah melanggar perintah Rasulullah (untuk tetap diatas bukit apa pun kondisinya) maka pasukan kaum musyrikin yang dibawah pimpinan Khalid bin Walid berhasil menyerang balik dari belakang. Peperangan pun kembali berlangsung dengan sengit. Banyak diantara para sahabat rasul yang gugur, terutama dari kalangan Ashor.
Rasulullah dan pasukannya sempat terdesak ke bukit atau celah-celah di kaki gunung Uhud. Tetapi pasukan kaum Quraisy tidak berhasil menyerang lebih jauh dan kemudian mundur dan akhirnya balik ke Mekah. Setelah kaum musyrikin mundur kemudian Rasulullah dan pasukan kaum muslimin turun dan selanjutnya mengumpulkan serta mengubur para syuhada yang gugur di lembah Uhud. 70 pasukan madinah gugur, termasuk di dalamnya Mush’ab bin Umair dan Hamzah bin Abdilmutholib. Rasulullah sendiri juga mendapat luka yang serius dalam peperangan ini hingga patah gigi gerahamnya. Dari kaum Quraisy tewas sekitar 22 orang, ada yang mengatakan 37 orang.
Pelajaran dari Perang Uhud
Banyak sekali hikmah dan pelajaran berharga dari peristiwa perang Uhud. Allah menjelaskan tentang perang Uhud ini dalam surat Ali Imran mulai dari ayat ke 121 dan setelahnya. Salah satu pelajaran penting dari perang Uhud adalah agar kaum muslimin memahami buruknya akibat maksiat dan menyelisihi perintah Allah dan RasulNya. Dimana para pemanah yang ditugasi oleh Rasulullah untuk berjaga di bukit Rumah malah turun ke bawah sehingga kaum musyrikin memanfaatkannya untuk menyerang pasukan kaum muslimin. Diantara hikmah penting lainnya adalah dengan adanya ujian atau musibah maka akan menjadi jelas keadaan orang yang benar-benar beriman dan orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit.
إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَاء وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’ . Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS Ali Imran: 140)
Disarikan dari kitab Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shofiyurrahman Al Mubarakfuriy rahimahullah.
Abu Zakariya Sutrino.
—
| Web: Ukhuwahislamiah.com | FB,IG,TG: Ukhuwahislamiahcom |