Diantara petunjuk Rasulullah adalah tidak berpuasa Ramadhan kecuali setelah benar-benar melihat hilal (Ramadhan) atau atas persaksian seorang yang melihat hilal. Beliau pernah puasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa berdasarkan persaksian Ibnu Umar dan juga pernah berdasar persaksian seorang Arab badui.
Jika tidak terlihat hilal dan tidak pula ada yang bersaksi melihat hilal maka menggenapi Sya’ban 30 hari. Rasulullah bersabda,
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ
“Berpuasalah karena melihatnya (yaitu hilal) dan berbukalah karena melihatnya, jika kalian terhalangi maka sempurnakan bilangan Sya’ban tiga puluh (hari).” (HR Bukhari 1909 dan Muslim 1081)
Beliau melarang untuk mendahului puasa atau melakukan puasa di hari yang diragukan menjelang Ramadhan. Beliau bersabda,
لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ، إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ، فَلْيَصُمْ ذَلِكَ اليَوْمَ
“Janganlah salah seorang diantara kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali jika seseorang biasa melakukan puasa tertentu maka hendaknya dia berpuasa.” (HR Bukhari 1914 dan Muslim 1082)
—
| Web:Ukhuwahislamiah.com | FB:Ukhuwah Islamiah | Twitter:@ukhuwah_islamia |