‘Iqra’ (bacalah)!
Itulah perintah Allah yang disebutkan dalam awal surat al Alaq, surat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ . خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.“ (QS Al Alaq: 1-2)
Kata iqra’ berasal dari kata qara’a yang bisa bermakna membaca, menelaah, mempelajari, membacakan atau menyampaikan. Jadi perintah iqra’ di atas cangkupannya sangat luas, tidak sekedar perintah membaca tetapi juga perintah untuk merenungi, menganalisa dan seterusnya. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dengan terus membaca dan belajar manusia akan semakin berilmu. Hanya dengan ilmu manusia bisa membedakan baik dan buruk, benar dan salah, serta hanya dengan ilmu manusia mengetahui perintah dan larangan Allah. Ilmu akan membuat seseorang semakin arif dan bijaksana dalam segala sesuatu. Jadi tidak mengherankan kenapa Allah memulai dengan perintah ini di awal-awal menurunkan Al Qur’an. Terkait pentingnya belajar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Albani)
Mengamalkan dan Mendakwahkan Ilmu
Tujuan utama seseorang belajar tidak sekedar untuk mendapatkan ilmu tetapi harus disertai pengamalan dan usaha untuk mendakwahkan ilmu tersebut. Ilmu dan amal adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seseorang yang berilmu tetapi tidak diamalkan maka tidak ada gunanya, bahkan dia menjadi orang yang dimurkai oleh Allah seperti orang Yahudi. Sebaliknya, orang yang beramal tetapi tanpa disertai ilmu maka akan tersesat seperti orang Nashrani dan yang semisalnya.
Seorang muslim sejati berusaha terus belajar dan kemudian mengamalkan serta mendakwahkannya ilmu yang dimiliki sesuai dengan kemampuan. Hal inilah yang Allah isyaratkan dalam surat Al Ashr:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal shalih dan saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat-menasehati untuk (berlaku) sabar.” (QS Al-‘Ashr: 1-3)
Dalam surat ini Allah menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan manusia agar terhidar dari kerugian, baik dunia maupun akhirat: 1) beriman, iman tidak bisa dipisahkan dengan ilmu; 2) beramal shalih; 3) saling menasehati atau mendakwahkan kebenaran; 4) sabar.
Beramal itu perlu ilmu
Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa beramal atau beribadah itu perlu ilmu. Jangan mengada-ada dalam urusan agama (bid’ah) meskipun seolah baik. Agama ini bukan buatan manusia. Tidak boleh seseorang berinovasi dalam urusan agama. Berbeda dengan masalah-masalah duniawi yang mana hukum asalnya adalah mubah (boleh) kecuali yang dilarang oleh syariat. Allah sendiri yang menyatakan bahwa agama Islam ini telah disempurnakan (QS. Al Maidah: 3) maka cukup amalkan sebagaimana telah disyariatkan. Bahkan dengan tegas Rasulullah menyatakan bahwa barangsiapa membuat sesuatu yang diada-adakan dalam urusan agama maka hal tersebut tertolak.
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Semoga Allah memberi kita taufik untuk selalu belajar, kemudian mengamalkan dan mendakwahkannya. Amien.
Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 1438H.
—
Info detail dan dokumentasi kajian KUI: http://ukhuwahislamiah.com/kui/
Join channel Telegram: telegram.me/ukhuwahislamiahcom
IG: ukhuwahislamiahcom
FB: https://www.facebook.com/ukhuwahislamiahcom
Materi spesial Insyaallah diposting tiap hari selama bulan Ramadhan. Silahkan dishare!