Kita harus berusaha jernih melihat suasana. Jangan mudah terbawa isu atau propraganda.
Jangan mudah menyalahkan sesama muslim. Bahkan seandainya saudara kita benar-benar melakukan kesalahan maka harus kita sikapi secara proposional. Jangan terperdaya dengan makar musuh-musuh Islam. Jangan terjebak sekedar menyalahkan sesama muslim kemudian kita melupakan masalah dan musuh yang utama.
Mari kita simak sepenggalan kisah berharga dari sirah Nabawiyah berikut:
Pada bulan Rajab tahun ke-2 Hijriyah, Rasulullah memerintahkan Abdullah bin Jahsy bersama 12 sahabat untuk mencari berita tentang kafilah Quraisy di daerah Nakhlah, antara Mekah dan Tho’if. Kafilah Quraisy lewat di akhir bulan Rajab (salah satu bulan yang diharamkan), kalau dibiarkan sampai selesai Rajab maka mereka akan telah masuk Mekah (daerah yang diharamkan berperang juga). Akhirnya Abdullah in Jahsy dan para sahabatnya menyerang mereka dan berhasil membunuh salah seorang diatara pasukan Quraisy, menawan 2 orang dan mengambil daganan mereka untuk dibawa ke Madinah.
Rasulullah mengingkari apa yang dilakukan para sahabat, beliau tidak memerintahkan berperang di bulan haram, beliau hanya memerintahkan untuk mencari berita. Orang-orang kafir pun memakai kesempatan ini untuk menjatuhkan kedudukan kaum muslimin. Mereka mengatakan bahwa kaum muslimin telah melanggar kehormatan bulan haram dan mereka juga melemparkan tuduhan-tuduhan yang lainnya.
Allah pun menurunkan wahyu sebagai jawaban atas tuduhan-tuduhan tersebut dan sebagai penjelasan bahwa apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir lebih besar dosanya dari apa yang dilakukan kaum muslimin. Allah berfirman, : “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah” (QS Al Baqarah: 217). Rasulullah kemudian membebaskan tawanan dan mengembalikan dagangan Quraisy serta membayar diyat orang yang terbunuh kepada keluarganya. (Diringkas dari Rahiqul Makhtum)
Semoga kita bisa selalu arif dalam melihat permasalahan yang ada.
Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 4/2/1438H (4 Nov 2016).