Apa itu itsar? Secara sederhana, itsar adalah sikap mendahulukan kepentingan yang lainnya daripada kepentingan diri sendiri. Itsar adalah salah satu akhlak yang sangat mulia. Seorang yang memiliki sikap itsar rela berkorban untuk kepentingan yang lainnya Mereka rela menahan haus, lapar, bahkan juga rela mempertaruhkan nyawanya untuk kepentingan dan maslahat yang lebih besar. Itsar adalah sifat para shalihin (orang-orang yang shalih) yang memiliki jiwa-jiwa besar. Allah ta’ala berfirman,
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan mereka mengutamakan atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. Al Hasyr: 9)
Mencintai kebaikan untuk orang lain (hubbul khair) adalah satu ciri utama orang yang memiliki sikap itsar. Bahkan tidak sekedar mencintai kebaikan, mereka juga berusaha sekuat tenaga untuk memberikan kemaslahatan bagi yang lainnya. Mereka mencintai dan mengusahakan kebaikan untuk orang lainnya sebagaimana untuk dirinya sendiri. Sikap seperti inilah yang hendaknya dimiliki oleh setiap muslim. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai kalian mencintai bagi saudaranya apa-apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45).
Kalau kita menengok lembaran hidup para salafush shalih maka akan kita dapatkan contoh-contoh nyata yang luar biasa dalam masalah itsar ini. Sebut misalnya apa yang dilakukan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu saat peristiwa Hijrah. Beliau rela dan tidak gentar sedikitpun menggantikan tidur di ranjang Rasulullah. Padahal resiko hal tersebut sangat besar yaitu bisa jadi beliau dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. Contoh itsar yang luar biasa lagi adalah apa yang dilakukan oleh sahabat-sahabat Anshor untuk saudaranya dari kalangan Muhajirin. Sahabat Anshor lebih mengutamakan saudaranya kaum Muhajirin lebih dari diri mereka sendiri. Padahal diri mereka juga kesusahan, sebagaimana Allah sebutkan dalam surat Al Hasyr ayat 9 diatas.
Hudzaifah Al-Adawi mengisahkan kejadian luar biasa saat perang Yarmuk. Saat itu Hudzaifah berusaha mencari sepupu (anak pamannya) yang terluka parah di medan perang untuk memberinya minum. Akhirnya dia menemukan sepupunya tersebut. Tetapi sebelum sepupunya tersebut minum tiba-tiba terdengar rintihan orang yang kehausan, sepupunya pun mengisyaratkan ke Hudzaifah untuk memberi orang tersebut minum. Hudzaifah pun menuju orang tersebut dan tenyata dia adalah Hisyam bin Ash (saudara Amr bin Ash). Belum sempat Hisyam bin Ash minum ternyata terdengar suara orang lain kehausan juga, akhirnya dia (Hisyam) meminta Hudzaifah untuk memberinya minum dahulu. Saat Hudzaifah menghampiri, orang tersebut ternyata sudah meninggal. Hudzaifah pun kembali ke Hisyam bin Ash dan ternyata juga sudah meninggal. Lalu ia menuju sepupunya ternyata juga telah meninggal. Ini adalah kisah itsar yang luar biasa, mendahulukan saudaranya meskipun sudah dalam posisi sakaratul maut sekalipun.
Ya Allah, tanamkan dalam hati kami sikap itsar dan cinta kebaikan untuk yang lainnya.
Tulisan ini banyak mengambil faedah dari kitab Minhajul Muslim karya syaikh Abu Bakar Jazairiy rahimahullah.
Abu Zakariya Sutrisno. Riyadh, 25/12/1437H
—
| Web:Ukhuwahislamiah.com | FB:Ukhuwah Islamiah | Twitter:@ukhuwah_islamia |