Berikut ini kami ringkas isi kajian yang disampaikan oleh Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri –hafidzahullah– dengan tema “Tolong-menolong dalam Kebaikan”. Kajian dilaksanakan di masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta pada tanggal 26 Juni 2013. Kami hanya menyebutkan poin-poin penting yang disampaikan syaikh. Kajian selengkapnya bisa disimak pada dua video berikut:
Video kajian bagian 1:
[youtube]utVNUiJsRM0[/youtube]
Video kajian bagian 2:
[youtube]sSjYN8ZTuXU[/youtube]
Beliau memulai kajian dengan pujian kepada Allah dan doa. Lalu beliau menjelaskan bahwa tolong-menolong (ta’awun) adalah sarana, hukumnya sesuai tujuannya. Jika tolong menolong diatas kebaikan maka itu diperintahkan, tetapi jika diatas kejelekan/dosa maka itu terlarang. Allah berfirman,
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran/permusuhan” (QS Al Maidah: 2)
Tolong-menolong dalam kebaikan sangat penting sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat dan hadits. Allah berfirman,
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al Ashr: 3)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
المسلم للمسلم كالبنيان يشد بعضه بعضا
“Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya seperti sebuah bangunan, saling menguatkan satu dengan yang lainnya”. [HR Bukhari (6027), Muslim (2585)]
Sebab-sebab atau motivator untuk melakukan ta’awun:
- Mencari Ridho Allah
- Mencontoh Rasulullah. Rasulullah adalah pribadi yang semangat melakukan ta’awun dalam kebaikan.
- Mengharapkan pahala yang lebih banyak
- Dengan ta’awun maka lebih aman dari tipu daya musuh
Hal-hal yang menguatkan ta’awun:
1. Jujur
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kejujuran membimbing pada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Dan seseorang senantiasa jujur dan membiasakan untuk jujur hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta membimbing pada kejahatan, dan kejahatan akan membimbing ke neraka. Dan seorang hamba senantiasa berdusta dan membiasakan untuk dusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta” [HR Bukhari dan Muslim]
2. Sabar
Allah berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS Az Zumar: 10)
3. Akhlaq Mulia
4. Lunak dan Lembut
5. Hilm/Tidak tergesa-gesa
Rasulullah bersabda pada sahabat Asyaj ‘Abdul Qois radhiyallahu ‘ahnu,
إن فيك لخصلتين يحبهما الله : الحلم والأناة
“Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu hilm dan tidak tergesa-gesa.
6. Tawadhu’
Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan hati sehingga seseorang tidak menyombongkan diri atas yang lain dan tidak berlaku zhalim atas yang lain.” [HR Muslim]
7. Menjauhi tujuan duniawi
Perkara yang berkaitan dengan ta’awun:
- Najwa (pembicaraan rahasia). Hukum asal pembicaraan rahasia adalah haram. Allah berfirman,
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. (QS An Nisa’: 114)
2. Medan-medan ta’awun sangat banyak, contohnya ta’awun bersama para da’I dalam dakwah, ta’awun dengan pemerintah, menasehati orang yang salah, membantu dan memenuhi keperluan orang lain.
3. Menghalangi orang yang tolong menolong dalam kebaikan adalah dosa yang sangat besar. Bahkan bisa termasuk menghalangi manusia dari agama Allah.
Perkara yang Menghalangi dari ta’awun (?):
1. Kebencian/Permusuhan.
Sebagian orang mengatakan bahwa kebencian/permusuhan menghalagi dari ta’awun. Bagaimana saya bisa berkerja sama dengan orang yang ada masalah denganku? Sebenarnya adanya permasalahan tidak menghalagi dari kerjasama. Allah berfirman,
وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُواْ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS Al Ma’idah: 2)
2. Adanya kesalahan
Adanya kesalahan pada seseorang tidak menghalangi dari ta’awun. Karena setiap orang pasti punya salah. Kita berta’awun dalam hal yang baik saja bukan pada hal yang tidak benar.
3. Adanya hajr
Pada dasarnya hajr/memboikot dilarang dalam Islam kecuali karena hal yang dibenarnya. Alasan hajr dibenarkan: ada manfaat bagi yang dihajr, bagi yang menghajr atau bagi manusia.
4. Adanya celaan
Adanya celaan pada dirimu jangan sampai menghalangimu dari kerja sama.
Semoga ringkasan ini bermanfaat bagi diri Kami dan kaum muslimin sekalian.
—
Abu Zakariya Sutrisno
Riyadh, 18 Dzulhijjah 1434.
Top of Form